
OTOJURNALISME.COM adalah portal berita otomotif pertama di Indonesia yang mengkolaborasikan konten JURNALISTIK dan ulasan para KOLUMNIS yang expert di bidang otomotif
Telp: 021-22701245
email: [email protected]
Foto : Videoblocks
Jakarta - National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) menyebutkan kematian di jalan meningkat tiga kali lipat pada malam hari.
Hal ini karena ketika malam kemampuan mata untuk membedakan warna, dan mempersepsikan kedalaman, termasuk penglihatan tepi akan berkurang.
Sorotan lampu depan dari kendaraan yang melaju pun dapat membutakan pengemudi untuk sementara waktu.
Hasil penelitian lain menyebutkan jika rata-rata manusia saat mengemudi butuh waktu sekitar 1,25-2 detik untuk melihat objek yang tidak terduga, mengenalinya dan bertindak.
Baik untuk memperlambat mobil atau menjauhkannya dari objek.
"Jam biologis ditakdirkan Tuhan bahwa malam hari kondisi akan menurun karena oksigen juga mengecil, sistem pencahayaan atau visibilitas jadi menurun," jelas Jusri Palubuhu, Pendiri dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC).
Jusri mengatakan jika kondisi malam akan sama berbahaya jika berkemudi di jalan umum maupun jalan bebas hambatan, apalagi yang kurang pencahayaan.
"Sistem pencahayaan penerangan jalan lebih buruk di malam hari daripada siang. Kalaupun ada lampu penerangan juga pasti gelap di malam hari. Konteks safety driving tidak ada pengecualian, kalau malam itu berhenti," kata Jusri lagi.
Ia menambahkan bahwa sepinya kondisi lalu lintas malam juga membuat otak berpikir monoton, sehingga menyebabkan rasa bosan yang menimbulkan rasa kantuk.
Video
Top Artikel Jurnalis
Top Artikel Kolumnis